Beberapa marketer hari kiamat percaya kalau tahun 2012, badai matahari super akan memanggang bumi dan seisinya. Ini berarti kiamat total bagi bumi seperti yang digambarkan dalam film Knowing. Walaupun prediksi ini dibantah oleh para ilmuwan, termasuk NASA sendiri, namun paling tidak semua sepakat kalau badai matahari yang akan datang kemungkinan bisa membawa kerusakan atas jaringan komunikasi di seluruh dunia.
Kerusakan masif atas sistem telekomunikasi seperti itu sudah pernah terjadi pada tahun 1859 saat terjadinya peristiwa yang dikenal dengan sebutan Carrington event.
Carrington Event
Pada tanggal 1 September 1859, Richard Carrington, astronom matahari kenamaan Inggris yang saat itu baru berusia 33 tahun, sedang berada di observatoriumnya sambil melakukan pengamatan.
Seperti biasanya, Carrington mengamati matahari lewat citra proyeksi pada sebuah layar yang dihasilkan oleh teleskopnya. Dengan teliti ia menggambar bintik matahari yang terlihat.
Tiba-tiba, di hadapan matanya, ia melihat dua titik cahaya putih menyilaukan yang yang muncul di atas bintik hitam matahari. Titik cahaya itu terlihat semakin intens dan segera berubah bentuk menjadi seperti bentuk ginjal."Dengan segera saya berlari untuk memanggil orang lain agar turut menyaksikannya. Ketika saya kembali 60 detik kemudian, saya terkejut karena titik itu telah berubah bentuk."
Pemandangan itu hanya berlangsung selama 5 menit. Namun apa yang diakibatkannya terhadap planet bumi akan selalu dikenang sebagai salah satu peristiwa astronomi paling menakjubkan (atau menakutkan) yang pernah terjadi.
Apa yang dilihat Carrington adalah lidah api putih matahari (White solar flare) yang muncul akibat ledakan magnetik matahari. Ledakan ini tidak hanya menghasilkan cahaya yang terlihat oleh mata, namun juga menghasilkan awan partikel super raksasa yang mengeluarkan pusaran magnetik yang dikenal dengan sebutan Coronal Mass Ejection (CME).
CME yang tercipta itu bergerak langsung menuju bumi dan tiba hanya dalam tempo 18 jam. Ini cukup luar biasa, mengingat pada umumnya perjalanan itu akan ditempuh dalam waktu 3 atau 4 hari. Ketika CME itu menghantam bumi, medan magnet yang menyelubungi bumi menjadi terganggu sehingga menciptakan Badai Geomagnetik terbesar yang pernah tercatat di dalam sejarah.
Langit di atas bumi segera dipenuhi dengan Aurora berwarna merah, hijau dan ungu. Cahaya-cahaya itu begitu luar biasa sehingga malam yang gelap terlihat terang benderang seperti siang hari. Luar biasanya, aurora itu bahkan bisa terlihat di wilayah-wilayah tropis seperti Kuba, Bahama, Jamaika dan Hawaii.
Namun, efeknya tidak hanya sampai disitu. Pertunjukan aurora yang indah itu ternyata disertai oleh kerusakan besar pada sistem komunikasi di Eropa dan Amerika.
Tiba-tiba, seluruh sistem telegraf mengalami kekacauan. Percikan api terlihat di mesin-mesin telegraf sehingga mengejutkan operator yang sedang bertugas. Bahkan ketika batere telegraf diputus, arus listrik yang dipicu oleh aurora membuat mesin-mesin tersebut masih bisa mengirimkan pesan.
Peristiwa ini memberikan pengertian baru kepada para astronom mengenai aktifitas matahari dan dampaknya atas kehidupan manusia.
Dalam tempo 2 atau 3 tahun lagi, ada kemungkinan kalau kita bisa menghadapi masalah serupa. Peringatan inilah yang baru-baru ini diberikan oleh David Reneke yang menerbitkan prediksinya dalam Jurnal Australasian Science.
Sekilas mengenai Badai Matahari
Ada banyak kesalahpahaman mengenai fenomena badai matahari ini. Bagi yang tidak mengerti, badai matahari sering dianggap sebagai peristiwa luar biasa yang sangat langka. Padahal tidak demikian adanya.
Matahari mengalami siklus rata-rata 11 tahunan (antara 9-14 tahun) yang bermula dari periode aktifitas rendah, yang disebut Solar Minimum, hingga periode dimana aktifitasnya meningkat, yang disebut Solar Maksimum. Solar maksimum terakhir terjadi pada tahun 2000.
Dengan demikian, badai matahari sesungguhnya bukan peristiwa aneh yang langka. Fenemena ini adalah bagian yang normal dari siklus kehidupan matahari.
Selama periode solar maksimum, muncul Bintik Matahari (sunspot), yaitu titik gelap di permukaan matahari yang disebabkan oleh garis medan magnet yang menerobos permukaan matahari.
Karena matahari bukan objek padat seperti bumi, bagian-bagian yang berbeda dari matahari berotasi dengan kecepatan yang berbeda juga. Ini akan menyebabkan garis medan magnetiknya menjadi kacau balau hingga menyebabkan terbentuknya Solar Flare (Lidah api matahari) yang kadang disertai dengan Coronal Mass Ejection (CME).
Peristiwa inilah yang sering disebut dengan istilah Solar Storm atau Badai Matahari.
Jika CME tersebut bergerak menuju bumi, partikel yang dibawanya akan menghantam magnetosphere bumi yang kemudian akan menciptakan aurora.
Prediksi David Reneke
Kembali kepada prediksi Reneke, menurutnya, badai matahari yang akan terjadi pada tahun 2012 memiliki potensi untuk menghantam bumi dengan kekuatan setara 100 juta bom atom hidrogen. Kekuatan ini dipastikan akan menghancurkan seluruh sistem satelit di seluruh dunia yang dikuatirkan akan membawa bumi kembali ke zaman batu.
Tentu saja prediksi ini bukan sesuatu yang baru karena peristiwa serupa pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Namun, yang dikuatirkan oleh Reneke adalah potensi kekuatannya.
"Umumnya, para astronom sepakat kalau solar maksimum yang akan datang akan menjadi yang paling kuat dalam 100 tahun terakhir." Kata Reneke.
"Sebagian percaya kalau peristiwa ini akan mempengaruhi perusahaan penerbangan, perusahaan telekomunikasi dan siapapun yang bekerja dengan sistem GPS modern. Badai ini mampu mematikan satelit yang sedang mengorbit." Tambahnya.
Lalu bagaimana tanggapan astronom lainnya?
NASA sendiri tidak terlalu mengkuatirkan peristiwa ini, namun mereka memang telah mengantisipasi badai ini sejak tahun 2006. Mereka juga memperkirakan kalau badai ini mampu mempengaruhi pembangkit listrik di berbagai tempat sehingga bukan hanya industri telekomunikasi atau penerbangan yang terganggu, melainkan juga industri lainnya seperti perbankan dan yang berkaitan dengannya.
Badai itu diperkirakan akan terjadi pada tahun 2012 akhir. Namun mereka pun mengakui kalau tidak akan ada yang pernah bisa tahu pasti berapa besar efek kerusakan yang bisa ditimbulkannya.
National Academy of Sciences Amerika pernah memperkirakan kalau kerusakan yang mungkin terjadi bisa membawa kerugian sekitar 1 hingga 2 triliun dolar Amerika dan membutuhkan waktu hingga 10 tahun untuk pulih sepenuhnya.
Badai matahari dalam skala yang cukup besar pernah terjadi juga pada tahun 1989 dan menyebabkan blackout di seluruh Quebec, Kanada. Pada badai matahari tahun 2003, Swedia dan Afrika Selatan juga mengalami nasib serupa.
Lalu, sebuah pertanyaan sederhana yang sering ditanyakan oleh banyak orang. Jika benar badai matahari super terjadi pada tahun 2012, apakah badai itu akan menghasilkan lidah api yang bisa menghanguskan seluruh bumi dan seisinya seperti di film Knowing?
Jawabannya adalah: Tidak!
Apa yang akan terjadi?
Walaupun terdengar begitu chaos, sesungguhnya manusia dan makhluk hidup lainnya terlindung dengan aman di bumi. Pada saat terjadinya badai-badai matahari sebelumnya, makhluk hidup di bumi sama sekali tidak terpengaruh. Namun, teknologi yang kita miliki memang rentan terhadap fenomena ini.
Sama seperti yang terjadi pada tahun 1859, atau tahun ketika Quebec, Swedia dan Afrika Selatan dibuat blackout, badai matahari yang akan datang bisa merontokkan sistem komunikasi kita.
Mengingat sangat tergantungnya infrastruktur kita terhadap jaringan telekomunikasi, maka peristiwa lumpuhnya telekomunikasi mungkin akan membawa kelumpuhan pada sistem lainnya, seperti keuangan dan transportasi.
Sebuah semburan badai matahari yang kuat bisa membawa kerusakan dengan mengintervensi sumber listrik dan jalur komunikasi kita. Ini akan menyebabkan sistem menjadi overload dan akhirnya mengalami kerusakan.
Menurut salah satu laporan yang dikeluarkan oleh National Academy of Science Amerika Serikat, apabila badai itu terjadi, sekitar 300 pembangkit listrik di Amerika bisa lumpuh hanya dalam tempo 90 detik. Ini akan memutuskan persediaan listrik untuk 130 juta penduduk.
Setelah jaringan listrik terputus, persediaan air pun akan ikut terputus. Tanpa adanya listrik dan persediaan air, maka perekonomian akan menjadi lumpuh. Tidak ada aktifitas perkantoran dan transportasi seperti pesawat terbang atau kereta api. Bahkan fasilitas vital seperti markas militer atau rumah sakit juga akan ikut lumpuh. Dengan kata lain Chaos!
Tetapi, itu adalah skenario terburuknya.
Kabar baiknya adalah, manusia telah belajar dari masa lalu.
NASA dan badan antariksa negara-negara lain di dunia telah mengetahui dengan jelas kalau solar flare bisa melumpuhkan sistem satelit. Karena itu sejak lama, NASA telah mengirim beberapa wahana untuk mengawasi aktifitas matahari. Saat ini, wahana-wahana tersebut, seperti ACE atau SOHO, masih rajin mengawasi perubahan-perubahan aktifitas yang terjadi pada matahari.
Jika wahana itu mendeteksi adanya CME, maka sensornya akan segera menghasilkan peringatan yang memberikan cukup waktu bagi manusia bumi (kita) untuk mengambil langkah antisipasi, seperti mengubah sistem satelit kita menjadi "safe mode". Dengan demikian, kerusakan yang ditimbulkannya akan menjadi sangat minimal. Antisipasi yang sama juga telah dilakukan terhadap infrastruktur dan sumber pembangkit listrik lainnya.
Yup, kita memang telah belajar. Sama seperti kita telah belajar mengantisipasi Millenium Bug Y2K 10 tahun yang lalu.
Karena itu pendapat David Reneke juga mendapat cukup banyak kritikan. Misalnya, dari rekannya sesama astronom Australia bernama Dr. Phil Wilkinson dari Bureu of Meteorology Ionospheric Prediction Service.
Menurutnya, kerusakan pada satelit akan sangat minimal. Bahkan ia menolak anggapan kalau badai matahari yang akan terjadi merupakan yang terkuat dalam 100 tahun terakhir.
"Semua pernyataan-pernyataan ini memang menjual, namun saya yakin semuanya terlalu berlebihan." Katanya. "Pesan yang benar adalah, badai matahari yang akan datang sama saja bahayanya dengan badai-badai matahari sebelumnya."
Dr. Wilkinson juga mengatakan kalaupun sistem komunikasi terganggu, maka sifatnya hanya akan sementara dan lokal. Selain itu, ia punya alasan lain. Menurut pemantauan para astronom, aktifitas matahari dalam siklus kali ini ternyata tidak sekuat seperti yang diperkirakan sebelumnya. Ini membuat para astronom matahari percaya kalau matahari mungkin bisa memasuki masa "little ice age". Pengamatan ini berbanding terbalik dengan prediksi Reneke.
Jadi, tidak perlu kuatir.
Disaster Plan
Baiklah, sekarang, anggaplah kalian masih kuatir dengan badai matahari tahun 2012, kalian mungkin bertanya: "Bagaimana kalau David Reneke yang benar? Lalu apa yang harus saya lakukan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana ini?"
Federal Emergency Management Agency (FEMA), sejenis badan penanggulangan bencana di Amerika, punya jawaban atas pertanyaan ini. Sejak lama mereka juga telah mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan infrastruktur akibat fenomena ini.
Menurut Craig Fugate, administrator FEMA, paling tidak, efek badai matahari ini mungkin kurang lebih sama dengan efek terjadinya bencana alam seperti topan, banjir atau gempa bumi. Jadi, menurutnya, persiapan standar sudah mencukupi. Seperti menyimpan persediaan air, makanan, peralatan P3K, batere cadangan dan senter serta peralatan memasak.
Dengan kata lain, apa yang perlu kita persiapkan sama saja dengan persiapan menghadapi bencana alam pada umumnya.
Karena itu, tidak perlu kuatir sama sekali. Jika sistem telekomunikasi kita lumpuh, memang kita tidak bisa menggunakan handphone, blackberry atau facebook. Tetapi, saya percaya kita akan tetap bisa bertahan hidup.
Sabtu, 02 Oktober 2010
Badai Matahari 2012, Perlukah Kita Khawatir Akan Dunia Panas?
Ketika solar minimum terjadi, bintik matahari menghilang dan lidah-lidah api matahari lenyap. Matahari tiba-tiba menjadi sangat tenang, sama seperti suasana tenang yang biasa muncul sebelum badai besar melanda.
Tahun lalu, isu kiamat 2012 yang dikaitkan dengan kalender Maya dan badai matahari menjadi salah satu topik terhangat yang dibicarakan oleh banyak orang. Isu itu mulai mereda ketika banyak ilmuwan, termasuk dari NASA sendiri, mengeluarkan pernyataan yang menolak spekulasi kiamat akibat badai matahari di tahun 2012. Namun, pada bulan Agustus 2010 ini, sebuah jurnal penelitian dari seorang astronom Australia bernama David Reneke kembali mengangkat isu ini. Tiba-tiba, isu badai matahari dan 2012 kembali menjadi isu panas di bulan ini. Haruskah kita kuatir?
Lainnya dari FENOMENAL
Ditulis Oleh : Zavadesignart Hari: 17.50 Kategori: FENOMENAL
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar